Senin, 29 Juli 2013

[Movie] Our Love and Our Dream in WL Art School - TREASER 2





Title                       : Our Love and Our Dream in WL Art School [TREASER 2]
Main Cast           : All Imaginary Cast, All WLE’s Artist.
Han Hye Soo , Kim Hyun Bin , Lee DongHwa , Kim Eun Hee , Park Hyo Ri , Song Sang Hee (rifi), Lee Jongki, Lee Young Soo ,  Kang JungHyon , Park Jung Woon , Choi Jiwoo , Shin Hyun Ra , Lee Shin Hwa
Genre                    : Friendship and Romance
Length                  : Chapter
Disclaimer           : Ingat, this story is our. This only our imagination and the character is not real.

Enjoy Reading !! ^^




Lee Dong Hwa
“Arrrgggghhhh, rasanya kepalaku ini pusing sekali!” ucapku dengan sangat frustasi didekat pintu kelas. Semenjak awal aku berlatih voca tadil, Kim Hana Songsaenim tidak henti-hentinya memarahiku. Tepat di nada itu, aku selalu saja melakukan kesalahan. Bahkan aku terancam tidak akan mencapai debutku. Jika dikatakan frustasi? Iya, jujur saja, aku sangat-sangat frustasi. Bagaimana tidak frustasi, bayangkan saja, debutku hanya tinggal 1 bulan lagi, dan impianku menjadi seorang penyanyi solo pun akan terwujud, tapi karena 1 nada itu, aku nyaris saja etrancam tidak debut, dan aku harus benar-benar ekstra latihan untuk berusaha menyakinkan para staff WL Art School, kalau aku pantas untuk debut.
Aku mulai melangkah meninggalkan kelasku tadi, berusaha menghibur diriku sendiri dengan tersenyum tipis, dan segera menuju ruang latihan Key. Nyaris sampai didepan ruangan itu, aku melihat sosok gadis berdiri tidak jauh dari pintu ruangan. Sejenak aku berpikir ‘sedang apa dia disitu’. Gadis itu berdiri disebelah tangga, tepatnya di ruang terbuka yang mungkin hanya berukuran 2x3 meter. Dari tempatku ini, jelas sekali terlihat jika dia sedang menatap nanar sepasang trainer yang sedang piawai menari itu. Dua penari itu, sahabatku Key dan partnernya Hye Soo. Terkenal sebagai Cold Prince and Princess, dan terlihat serasi sekali saat mereka menari. Tapi, ada apa dengan gadis itu, kenapa gadis itu malah menatap nanar mereka, bukankah Hye Soo adalah sahabat gadis itu. Hmm, benar seperti dugaanku sebelumnya, gadis itu, gadis itu menyukai sahabatku, Key. Terlihat sangat jelas dimatanya, tatapan cemburu dan tidak suka itu terus saja dilontarkan pada Key dan partner menarinya. Kenapa perasaanku menjadi aneh seperti ini. Sungguh, ini sangat memuakkan. Aku menghampirinya, sepertinya dia tidak tahu akan kehadiranku, dia terus saja menatap lurus ke depan, bukan, bukan ke depan, melainkan menatap lurus pada Key. Jujur sekali, aku tidak ingin berlama-lama melihat adegan drama seperti ini.

“Yak Eun Hee, apa yang kau lakukan disini? Kau melamun, hah? Atau kau terpesona melihat mereka menari?” tanyaku dengan sedikit nada yang meninggi.

“Aisshh, kau mengagetkanku saja Tuan Lee.” Sahutnya dengan decakan kesal. Dia mendelik ke arahku. Aku tahu dia pasti sangat kesal, karena ini bukan kali yang pertama aku mengagetkannya.

“Yak, aku tidak berniat mengagetkanmu, aku hanya bertanya kenapa kau melamun. Apa kau memikirkanku hah?” dengan bangga aku bersuara. Mungkin saja, menatap Key saat ini adalah alibi untuk memikirkanku, bisa jadi kan. Haha Jangan sebut aku Lee Donghwa kalau karaketrku tidak seperti ini.

“Cih, percaya diri sekali kau. Aku tidak melamun, aku hanya kagum pada sahabatku, Hye Soo. Dia sangat pandai sekali menari.” Jelasnya. Aku tahu, dia berusaha mencari alasan. Kau memang benar-benar bukan gadis yang pintar berbohong Eun Hee.

“Benarkah? Hye Soo, ataukah sahabatku Key yang kau kagumi, Kim Eun Hee?” Dengan sedikit lantang dan nada ejekan, aku mengajukan pertanyaan itu.

“. . .” Dia diam. Sama sekali tidak besuara. Benar, tepat dugaan. Aku hanya bisa tersenyum tipis, ini benar-benar memuakkan.

“Kenapa diam? Apa, ada yang salah dengan pertanyaanku? Ohh, atau haruskah ku ralat pertanyaan itu menjadi seperti ini,’apa kau mengagumi, aisshh bukan itu, maksudku, apa kau menyukai sahabatku, Eun Hee?” Muak.Ya aku sudah muak melihat adegan drama seperti ini. Sekalian saja aku buat dia, terdiam seperti patung dengan pertanyaanku kali ini.

“. . .” Dia tetap diam. Ya Tuhan, sebenar ini kah kenyataan bahwa kau mencintai sahabatku. Sampai-sampai kau mendadak bisu.

Baiklah ! Sudah, cukup sampai disini saja, adegan drama ini semakin menyebalkan.
“Tidak ada jawaban? Kalau begitu, diammu akan kuartikan sebagai. . .”

“Tidak, aku tidak menyukainya. Aku hanya terpesona melihat mereka berdua menari, chimestry yang mereka bentuk sangat rapat dan bagus, tidak ada celah sama sekali.” Akhirnya dia buka suara juga. Kalau tidak, tadi aku benar-benar akan memukul tembok sepertinya.

“Ohh, begitukah?” Sahutku singkat. Jika kau ingin berbohong padaku, kau sudah kalah telak dari awal Eun Hee. Benar-benar gadis bodoh. Sekarang wajahnya menatapku, tatapan seorang gadis yang terlihat berpikir keras. Kenapa, ada apa? Apa lagi yang dia pikirkan. Bukankan seharusnya aku yang menatapnya seperti itu. Cih ! aku sudah sangat muak berada disini, sepertinya aku harus cepat-cepat pergi, biar nanti aku mengirim pesan kepada Key saja, untuk menemuiku ditempat biasa kami bertemu.

“Jangan berbohong padaku, aku tidak suka. Dan satu lagi, kau sama sekali tidak hebat untuk berbohong. Apalagi, jika masalahnya menyangkut tentang Key. Jujur saja, jika kau berbohong padaku, kau sudah kalah telak dari awal.” Aku melihat tubuhnya menegang. Sudahlah, lebih baik aku pergi saja. Tapi sesaat, suara gemetar itu keluar dari mulutnya.
“Kau. . .” Aku menoleh padanya, melihatnya menatapku dan mengacungkan jarinya tepat dihadapanku. Wajahnya memerah, tubuhnya bergetar, tangannya yang satu mengepal keras. Mungkin sekarang, dia sudah benar-benar emosi karena kata-kata kasarku tadi. Belum genap kalimat yang keluar dari mulutnya tadi, sahabatnya Sang Hee memanggilnya.

“Heenie. . .”

Tapi sebelum Sang Hee menghampiri kami lebih dekat. Aku berjalan melewatinya, sedikit menunduk dan berbisik, “Semakin rapat kau menutupinya, malah akan semakin terlihat oleh orang lain. Be Carefull Kim Eun Hee!”

***

Kim Hyun Bin
Memandangnya dari dekat seperti ini, benar-benar tidak membuatku bosan. Menyentuhnya dengan lembut, mungkin sudah menjadi candu buatku. Sungguh, kali ini, aku benar-benar menggilai maha karyamu yang satu ini, Tuhan. Dia bisa membuatku mendadak bisu jika disampingnya, membuatku lupa semua hal, dan terus saja hanya mengingatnya. Mengingat senyumnya. Ya Tuhan, kau buat dari apa dirinya ini, benar-benar mempesona, elegan, dan cantik. Bukan, bukan cantik. Tapi… manis. Menari bersamanya benar-benar membuat kesadaranku lumpuh. Andai saja tidak ada orang diruangan ini, mungkin aku sudah menyerangya dari tadi. Aisshh. . . . pikiran ini, kenapa selalu itu yang ada dipikiranku. Mesum !
Jujur saja, dia dan menari, merupakan dua hal yang sudah menjadi bagian dari hidupku, mungkin telah mendarah daging ditubuhku. Jika disuruh memilih, menari atau dia? Aku akan tetap memilih dia. Karena bagaimanapun juga, dia dan cintanya adalah oksigen bagiku. Lagipula, jika ada dia, aku bisa menari dimana saja. Asal hanya bersamanya.

Menari, mungkin juga adalah bagian terbesar dalam hidupnya. Ku dengar, sejak kecil dia sudah sangat senang menari. Indah, satu kata untuknya. Dari awal kami resmi masuk ke WL Art School, kami selalu menari bersama. Menyenangkan, sangat. Tapi, hari ini. Hari ini dia berbeda. Biasanya dia selalu menatapku dengan senyuman tipisnya, berpura-pura seolah dia sama sekali tidak mengenalku. Orang baru. Ya, layaknya orang baru yang baru saja berkenalan. Kali ini, dia seperti tidak focus, bukan tidak focus dengan dance nya, melainkan tidak focus menatapku. Dia, dia menatap jauh seseorang yang berada dibelakangku, dibelakang dinding kaca itu. Siapa, siapa yang kau tatap, Hye Soo? Kau membuatku geram. Aaarrggghh, kenapa sepertinya aku yang mulai tidak focus dengan dance ini. Jangan, ku mohon jangan buat dance ini terlihat hancur. Aku tidak mau, tidak mau merusak moment indah yang tidak pernah gagal membuatku tersenyum dalam hati ini. Ku coba mengembalikan konsentrasiku menari, sejenak melupakan seseorang yang membuat kekasihku sendiri enggan menatapku. Mengalihkan pikiranku dengan memperhatikannya. Wajahnya sedikit pucat, terlihat ada lingkaran hitam menyelimuti matanya. Apa dia kurang tidur? Bahkan matanya seperti. . .habis menangis. Aiiiissshh, dia ini, selalu saja sukses membuatku tidak pernah berhenti khawatir. Lihat saja, badannya yang semakin kurus dan tidak segar ini. Sungguh, dia lebih mirip seperti mayat hidup sekarang. Ya, ku akui, kami memang sedang ada masalah, akhir-akhir ini banyak jadwal latihan yang membuatku kelelahan dan tak bisa menemuinya. Emosiku mudah sekali terpancing keluar walau karena hal-hal kecil. Mengingat masa lalunya bersama Lee DongHwa, walau mereka tidak berpacaran, tapi sakit sekali menerima kenyataan bahwa gadisku dan Lee DongHwa pernah saling mencintai. Lee DongHwa, dia sahabatku, dan dia pernah mencintai gadis itu, sungguh berat rasanya menerima kenyataan ini.
Go Hara, nama gadis yang selalu dijadikan alasan gadisku saat dia meluapkan emosi. Gadis yang bernama Go Hara itu adalah anak dari teman ayahku. Ayah gadis itu berusaha menjodohkannya denganku. Jelas saja, aku menolaknya, karena gadisku mungkin akan mencoba membunuh gadis ini jika aku benar-benar menerimanya. Tapi memang harus diakui, Go Hara adalah gadis yang cantik, lebih cantik daripsada Hye Soo, dan jujur saja, aku. . .aku sempat menyukainya. Tapi, didalam pikiranku tetap saja dia bukan Hye Soo, karena bagaimanpun juga satu-satunya wanita yang ku inginkan hanyalah Hye Soo. Han Hye Soo. Dan sebentar lagi, akan ku pastikan dia akan menjadi Kin Hye Soo.

Selesai. Ya, kami telah menyeleseikan cover dance ini. Diakhiri dengan tepuk tangan dari teman-teman kami, dan kami sedikit membungkuk untuk berterima kasih. Tak lama setelah itu, kelas diakahiri oleh Jung Eun Ji Songsaenim. Dia berjalan menjauh dariku. Terlihat dia menghampiri tas dan ponselnya disana. Begitu juga aku, menghampiri tas dan ponselku. Di ruangan ini, hanya tersisa aku dan dia. Dua sahabatnya Hyo Ri dan Sang Hee, sudah terlebih dahulu keluar kelas, karena menghampiri Eun Hee.
Sebentar, apa yang aku sebut tadi. Eun Hee, Kim Eun Hee? Sekilas, susunan sel-sel diotakku langsung terhubung dengan cepat. Benar, tidak salah lagi. Aku melirik sedikit ke arah luar ruangan untuk memastikan, ya benar, aku hanya mendapati tiga gadis itu saja. Tidak ada yang lain.
Oh. Jadi gadis itukah, seseorang yang membuat kekasihku ini, bahkan sama sekali tidak mau menatapku saat kami menari. Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka. Aku melirik sekilas pada Hye Soo, tepat sekali, Hye Soo juga sedang melirik sekilas padaku, pandangan kami bertemu. Canggung. Kaku. Terasa sangat menyakitkan melihat matanya seperti itu. Lelah. Dia kelelahan. Pedih, pedih rasanya melihatnya dengan kondisi seperti itu. Mungkin orang lain tidak menyadari. Tapi aku, aku kekasihnya, dan aku sangat menyadari kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Dia mengalihkan pandangannya dariku, berusaha tetap focus pada tas dan ponselnya, lalu ia mulai berjalan menuju pintu ruangan ini. Tapi, sebelum ia mulai menjauh, aku mendahuluinya, dan berlalu didepannya, namun sedetik sebelum aku berlalu didepannya, aku menghadapnya, dia terlihat kaget. Aku sedikit menunduk dan berbisik tepat ditelinganya,

“Jangan lupa makan siangmu, dan pastikan kau banyak meminum air putih, ingat air putih, bukan yang lain. Wajahmu begitu pucat sayang.” Berharap kata-kataku ini dapat mengobati kelelahannya.

***

Choi Jiwoo
Kedua gadis itu., apa mereka tidak lelah berkeliaran terus dipikiranku? Aishhh! Choi Jiwoo, kenapa kau jadi seperti ini. Aku bahkan menggeram dalam hati karena kedua gadis itu. Setelah aku mengenal mereka berdua, kenapa aku sering sekali tidak focus seperti ini. Aku frustasi, sangat frustasi. Bayangan kedua gadis itu selalu saja mengikuti pikiranku kemana-mana. Oh My, tidak bisakah bayangan mereka itu, diam dan duduk manis saja. Hah !!

Gadis pertama, gadis yang manis, senyumnya mampu membuat hatiku berdetak sangat keras. Tapi kenapa semua orang bilang kalo dia itu cuek, dari sisi yang mana yang mengatakan kalau dia cuek. Dia baik, sangat baik. Sampai-sampai aku tidak tahu apakah itu hanya baik atau baik yang berlebih. Apakah gadis ini menyukaiku, atau hanya baik kepadaku, atau mungkin dia baik kepada semua orang.
Gadis kedua, gadis yang amat sangat cerewet, atau mungkin kita harus membuat kosakata baru untuk gadis ini. Keras kepala, tidak mau kalah, selalu semaunya sendiri. Pria mana yang mau dengan gadis seperti dia? Mungkin tidak ada. Atau bahkan hanya pria bodoh yang mau dengannya. Tapi, ya, aku memang bodoh. Pria bodoh yang mau dengan gadis seperti dia adalah aku.

Jujur, detak itu lebih besar daripada detak saat aku bertemu dengan gadis pertama. Bahkan hati itu seperti bergetar dalam diam. Mata ini hanya mampu memandangnya yang sedang mengomel. Mulut ini hanya mampu bergumam, saat dia mendadak bisu padaku. Dan tangan ini hanya bisa mengepal keras, saat tak bisa meraih tubuhnya masuk ke dalam dekapan, saat tak bisa menahannya untuk selalu disisi. Aku memang lelaki pengecut, yang sama sekali tak berani mengatakannya. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak tahu apa yang harus ku lakukan, tak tahu apa yang harus aku katakan, dan tak tahu harus selalu bagaimana saat dia dihadapan. Aku memang pengecut, yang hanya bisa berdiri dalam diam,  hanya bisa menatap dalam rindu dan hanya tidak berpaling dari dia. Dia Park Hyo Ri. Dan gadis pertama itu adalah Han Hye Soo.

Hati.
Ya.
Bisakah kau membantuku?
Membantu apa?
Membantu untuk memilih, memilih diantara kedua gadis itu.
Kenapa harus memilih?
Karena aku harus memperjuangkan perasaan ini.
Bukankah kau seorang pengecut?
Memang, tapi tidak untuk kali ini. Ku mohon, kali ini saja bantu aku.
I will.
Benarkah?
Ya.
Lalu, aku harus memilih siapa?
Kau harus memilih. . .
***
Lee Shin Hwa
Memandangnya dari jauh seperti  ini, mungkin sudah menjadi keseharianku setahun terakhir ini. WL Art School, tempat yang tidak pernah ku bayankan sebelumnya. Tapi karena gadis itu, aku mampu melangkahkan kakiku masuk ke tempat ini. Dia, hanya untuknya. Gadis itu, dia telah meracuniku dengan senyumannya dan membutakanku dengan pesonanya. Jantungku, mungkin aku harus menyiapkan jantung cadangan untuk beberapa saat ke depan. Karena mungkin jantung ini tidak akan bertahan lama, mengingat dia selalu saja organ pertaman yang berontak keluar hanya saat memandangnya. Aku Lee shin Hwa, siswa WL Art School dari bidang menyanyi. Ya, satu bidang dengannya, tapi dia tidak pernah menyadari kehadiranku. Mungkin, aku hanya seonggok daging yang tidak penting baginya.
Sekarang, dari tempatku berdiri. Aku bisa melihatnya, meski dari jauh, tapi aku sudah sangat bahagia. Hanya melihat senyumnya sekali setiap hari, itu sudah lebih dari kata cukup. Tapi, kali ini sama dengan kali-kali yang lain, selalu sakit rasanya. Melihat senyum itu  selalu terpatri bukan untukk, melainkan untuk pria itu. Pria yang selalu membuat gadis itu menangis, membuat gadis itu menjadi gila, gila karena mencintai dan tak bisa bepaling darinya. Pria itu merupakan sahabatku, Key. Dan gadis itu adalah Kim Eun Hee. Dua orang yang bermarga Kim itu, benar-benar selalu sukses mambuatku patah hati setiap hari, membuatku tak sanggup menatap kenyataan, dan membuatku tak sanggup berdiri diatas kepedihan. Sesakit inikah mencintai seseorang yang tidak pernah mencintai kita, walau kita telah mencintai seseorang itu dengan tulus. Seperih inikah luka yang harus ku genggam erat agar tidak berlanjut, dan seindah itukah dia mencintai orang yang ia cintai sehingga tak pernah melihatku dimatanya. Yak Kim Eun Hee, kau benar-benar membuatku ingin menggantung diriku sendiri dihadapanmu, agar kau bisa melihatku dan bahkan akan mengingatk sampai akhir hidupmu. Sungguh, bisakah aku membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut dihadapanku?
“Bisakah, bisakah aku membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut dihadapanku”
# # #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar