Title : Our Love and Our Dream
in WL Art School [TREASER 2]
Main
Cast : All Imaginary Cast, All
WLE’s Artist.
Han Hye Soo , Kim Hyun Bin , Lee DongHwa , Kim Eun Hee , Park Hyo Ri , Song
Sang Hee (rifi), Lee Jongki, Lee Young Soo , Kang JungHyon , Park Jung Woon ,
Choi Jiwoo , Shin Hyun Ra , Lee Shin Hwa
Genre : Friendship and Romance
Length : Chapter
Disclaimer : Ingat, this story is our. This only
our imagination and the character is not real.
Enjoy
Reading !! ^^
Lee
Dong Hwa
“Arrrgggghhhh, rasanya kepalaku ini pusing
sekali!” ucapku dengan sangat frustasi didekat pintu kelas. Semenjak awal aku
berlatih voca tadil, Kim Hana Songsaenim tidak henti-hentinya memarahiku. Tepat
di nada itu, aku selalu saja melakukan kesalahan. Bahkan aku terancam tidak
akan mencapai debutku. Jika dikatakan frustasi? Iya, jujur saja, aku
sangat-sangat frustasi. Bagaimana tidak frustasi, bayangkan saja, debutku hanya
tinggal 1 bulan lagi, dan impianku menjadi seorang penyanyi solo pun akan
terwujud, tapi karena 1 nada itu, aku nyaris saja etrancam tidak debut, dan aku
harus benar-benar ekstra latihan untuk berusaha menyakinkan para staff WL Art
School, kalau aku pantas untuk debut.
Aku mulai melangkah meninggalkan kelasku
tadi, berusaha menghibur diriku sendiri dengan tersenyum tipis, dan segera
menuju ruang latihan Key. Nyaris sampai didepan ruangan itu, aku melihat sosok
gadis berdiri tidak jauh dari pintu ruangan. Sejenak aku berpikir ‘sedang apa
dia disitu’. Gadis itu berdiri disebelah tangga, tepatnya di ruang terbuka yang
mungkin hanya berukuran 2x3 meter. Dari tempatku ini, jelas sekali terlihat
jika dia sedang menatap nanar sepasang trainer yang sedang piawai menari itu. Dua
penari itu, sahabatku Key dan partnernya Hye Soo. Terkenal sebagai Cold Prince
and Princess, dan terlihat serasi sekali saat mereka menari. Tapi, ada apa
dengan gadis itu, kenapa gadis itu malah menatap nanar mereka, bukankah Hye Soo
adalah sahabat gadis itu. Hmm, benar seperti dugaanku sebelumnya, gadis itu,
gadis itu menyukai sahabatku, Key. Terlihat sangat jelas dimatanya, tatapan
cemburu dan tidak suka itu terus saja dilontarkan pada Key dan partner
menarinya. Kenapa perasaanku menjadi aneh seperti ini. Sungguh, ini sangat
memuakkan. Aku menghampirinya, sepertinya dia tidak tahu akan kehadiranku, dia
terus saja menatap lurus ke depan, bukan, bukan ke depan, melainkan menatap
lurus pada Key. Jujur sekali, aku tidak ingin berlama-lama melihat adegan drama
seperti ini.
“Yak Eun Hee, apa yang kau lakukan
disini? Kau melamun, hah? Atau kau terpesona melihat mereka menari?” tanyaku
dengan sedikit nada yang meninggi.
“Aisshh, kau mengagetkanku saja Tuan
Lee.” Sahutnya dengan decakan kesal. Dia mendelik ke arahku. Aku tahu dia pasti
sangat kesal, karena ini bukan kali yang pertama aku mengagetkannya.
“Yak, aku tidak berniat mengagetkanmu,
aku hanya bertanya kenapa kau melamun. Apa kau memikirkanku hah?” dengan bangga
aku bersuara. Mungkin saja, menatap Key saat ini adalah alibi untuk
memikirkanku, bisa jadi kan. Haha Jangan sebut aku Lee Donghwa kalau karaketrku
tidak seperti ini.
“Cih, percaya diri sekali kau. Aku tidak
melamun, aku hanya kagum pada sahabatku, Hye Soo. Dia sangat pandai sekali
menari.” Jelasnya. Aku tahu, dia berusaha mencari alasan. Kau memang
benar-benar bukan gadis yang pintar berbohong Eun Hee.
“Benarkah? Hye Soo, ataukah sahabatku Key
yang kau kagumi, Kim Eun Hee?” Dengan sedikit lantang dan nada ejekan, aku
mengajukan pertanyaan itu.
“. . .” Dia diam. Sama sekali tidak
besuara. Benar, tepat dugaan. Aku hanya bisa tersenyum tipis, ini benar-benar
memuakkan.
“Kenapa diam? Apa, ada yang salah dengan
pertanyaanku? Ohh, atau haruskah ku ralat pertanyaan itu menjadi seperti ini,’apa
kau mengagumi, aisshh bukan itu, maksudku, apa kau menyukai sahabatku, Eun
Hee?” Muak.Ya aku sudah muak melihat adegan drama seperti ini. Sekalian saja
aku buat dia, terdiam seperti patung dengan pertanyaanku kali ini.
“. . .” Dia tetap diam. Ya Tuhan, sebenar
ini kah kenyataan bahwa kau mencintai sahabatku. Sampai-sampai kau mendadak
bisu.
Baiklah ! Sudah, cukup sampai disini
saja, adegan drama ini semakin menyebalkan.
“Tidak ada jawaban? Kalau begitu, diammu
akan kuartikan sebagai. . .”
“Tidak, aku tidak menyukainya. Aku hanya
terpesona melihat mereka berdua menari, chimestry yang mereka bentuk sangat
rapat dan bagus, tidak ada celah sama sekali.” Akhirnya dia buka suara juga.
Kalau tidak, tadi aku benar-benar akan memukul tembok sepertinya.
“Ohh, begitukah?” Sahutku singkat. Jika
kau ingin berbohong padaku, kau sudah kalah telak dari awal Eun Hee.
Benar-benar gadis bodoh. Sekarang wajahnya menatapku, tatapan seorang gadis
yang terlihat berpikir keras. Kenapa, ada apa? Apa lagi yang dia pikirkan.
Bukankan seharusnya aku yang menatapnya seperti itu. Cih ! aku sudah sangat
muak berada disini, sepertinya aku harus cepat-cepat pergi, biar nanti aku
mengirim pesan kepada Key saja, untuk menemuiku ditempat biasa kami bertemu.
“Jangan berbohong padaku, aku tidak suka.
Dan satu lagi, kau sama sekali tidak hebat untuk berbohong. Apalagi, jika
masalahnya menyangkut tentang Key. Jujur saja, jika kau berbohong padaku, kau
sudah kalah telak dari awal.” Aku melihat tubuhnya menegang. Sudahlah, lebih
baik aku pergi saja. Tapi sesaat, suara gemetar itu keluar dari mulutnya.
“Kau. . .” Aku menoleh padanya, melihatnya
menatapku dan mengacungkan jarinya tepat dihadapanku. Wajahnya memerah, tubuhnya
bergetar, tangannya yang satu mengepal keras. Mungkin sekarang, dia sudah
benar-benar emosi karena kata-kata kasarku tadi. Belum genap kalimat yang
keluar dari mulutnya tadi, sahabatnya Sang Hee memanggilnya.
“Heenie. . .”
Tapi sebelum Sang Hee menghampiri kami
lebih dekat. Aku berjalan melewatinya, sedikit menunduk dan berbisik, “Semakin
rapat kau menutupinya, malah akan semakin terlihat oleh orang lain. Be Carefull
Kim Eun Hee!”
***
Kim
Hyun Bin
Memandangnya dari dekat seperti ini,
benar-benar tidak membuatku bosan. Menyentuhnya dengan lembut, mungkin sudah
menjadi candu buatku. Sungguh, kali ini, aku benar-benar menggilai maha karyamu
yang satu ini, Tuhan. Dia bisa membuatku mendadak bisu jika disampingnya,
membuatku lupa semua hal, dan terus saja hanya mengingatnya. Mengingat
senyumnya. Ya Tuhan, kau buat dari apa dirinya ini, benar-benar mempesona,
elegan, dan cantik. Bukan, bukan cantik. Tapi… manis. Menari bersamanya
benar-benar membuat kesadaranku lumpuh. Andai saja tidak ada orang diruangan
ini, mungkin aku sudah menyerangya dari tadi. Aisshh. . . . pikiran ini, kenapa
selalu itu yang ada dipikiranku. Mesum !
Jujur saja, dia dan menari, merupakan dua
hal yang sudah menjadi bagian dari hidupku, mungkin telah mendarah daging
ditubuhku. Jika disuruh memilih, menari atau dia? Aku akan tetap memilih dia. Karena
bagaimanapun juga, dia dan cintanya adalah oksigen bagiku. Lagipula, jika ada
dia, aku bisa menari dimana saja. Asal hanya bersamanya.
Menari, mungkin juga adalah bagian
terbesar dalam hidupnya. Ku dengar, sejak kecil dia sudah sangat senang menari.
Indah, satu kata untuknya. Dari awal kami resmi masuk ke WL Art School, kami
selalu menari bersama. Menyenangkan, sangat. Tapi, hari ini. Hari ini dia
berbeda. Biasanya dia selalu menatapku dengan senyuman tipisnya, berpura-pura
seolah dia sama sekali tidak mengenalku. Orang baru. Ya, layaknya orang baru
yang baru saja berkenalan. Kali ini, dia seperti tidak focus, bukan tidak focus
dengan dance nya, melainkan tidak focus menatapku. Dia, dia menatap jauh
seseorang yang berada dibelakangku, dibelakang dinding kaca itu. Siapa, siapa
yang kau tatap, Hye Soo? Kau membuatku geram. Aaarrggghh, kenapa sepertinya aku
yang mulai tidak focus dengan dance ini. Jangan, ku mohon jangan buat dance ini
terlihat hancur. Aku tidak mau, tidak mau merusak moment indah yang tidak
pernah gagal membuatku tersenyum dalam hati ini. Ku coba mengembalikan
konsentrasiku menari, sejenak melupakan seseorang yang membuat kekasihku
sendiri enggan menatapku. Mengalihkan pikiranku dengan memperhatikannya. Wajahnya
sedikit pucat, terlihat ada lingkaran hitam menyelimuti matanya. Apa dia kurang
tidur? Bahkan matanya seperti. . .habis menangis. Aiiiissshh, dia ini, selalu
saja sukses membuatku tidak pernah berhenti khawatir. Lihat saja, badannya yang
semakin kurus dan tidak segar ini. Sungguh, dia lebih mirip seperti mayat hidup
sekarang. Ya, ku akui, kami memang sedang ada masalah, akhir-akhir ini banyak
jadwal latihan yang membuatku kelelahan dan tak bisa menemuinya. Emosiku mudah
sekali terpancing keluar walau karena hal-hal kecil. Mengingat masa lalunya
bersama Lee DongHwa, walau mereka tidak berpacaran, tapi sakit sekali menerima
kenyataan bahwa gadisku dan Lee DongHwa pernah saling mencintai. Lee DongHwa,
dia sahabatku, dan dia pernah mencintai gadis itu, sungguh berat rasanya
menerima kenyataan ini.
Go Hara, nama gadis yang selalu dijadikan
alasan gadisku saat dia meluapkan emosi. Gadis yang bernama Go Hara itu adalah
anak dari teman ayahku. Ayah gadis itu berusaha menjodohkannya denganku. Jelas
saja, aku menolaknya, karena gadisku mungkin akan mencoba membunuh gadis ini
jika aku benar-benar menerimanya. Tapi memang harus diakui, Go Hara adalah
gadis yang cantik, lebih cantik daripsada Hye Soo, dan jujur saja, aku. . .aku
sempat menyukainya. Tapi, didalam pikiranku tetap saja dia bukan Hye Soo,
karena bagaimanpun juga satu-satunya wanita yang ku inginkan hanyalah Hye Soo. Han
Hye Soo. Dan sebentar lagi, akan ku pastikan dia akan menjadi Kin Hye Soo.
Selesai. Ya, kami telah menyeleseikan
cover dance ini. Diakhiri dengan tepuk tangan dari teman-teman kami, dan kami
sedikit membungkuk untuk berterima kasih. Tak lama setelah itu, kelas diakahiri
oleh Jung Eun Ji Songsaenim. Dia berjalan menjauh dariku. Terlihat dia
menghampiri tas dan ponselnya disana. Begitu juga aku, menghampiri tas dan
ponselku. Di ruangan ini, hanya tersisa aku dan dia. Dua sahabatnya Hyo Ri dan
Sang Hee, sudah terlebih dahulu keluar kelas, karena menghampiri Eun Hee.
Sebentar, apa yang aku sebut tadi. Eun
Hee, Kim Eun Hee? Sekilas, susunan sel-sel diotakku langsung terhubung dengan
cepat. Benar, tidak salah lagi. Aku melirik sedikit ke arah luar ruangan untuk
memastikan, ya benar, aku hanya mendapati tiga gadis itu saja. Tidak ada yang
lain.
Oh. Jadi gadis itukah, seseorang yang
membuat kekasihku ini, bahkan sama sekali tidak mau menatapku saat kami menari.
Tapi kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi antara mereka. Aku melirik sekilas
pada Hye Soo, tepat sekali, Hye Soo juga sedang melirik sekilas padaku,
pandangan kami bertemu. Canggung. Kaku. Terasa sangat menyakitkan melihat
matanya seperti itu. Lelah. Dia kelelahan. Pedih, pedih rasanya melihatnya
dengan kondisi seperti itu. Mungkin orang lain tidak menyadari. Tapi aku, aku
kekasihnya, dan aku sangat menyadari kalau dia sedang tidak baik-baik saja. Dia
mengalihkan pandangannya dariku, berusaha tetap focus pada tas dan ponselnya,
lalu ia mulai berjalan menuju pintu ruangan ini. Tapi, sebelum ia mulai
menjauh, aku mendahuluinya, dan berlalu didepannya, namun sedetik sebelum aku
berlalu didepannya, aku menghadapnya, dia terlihat kaget. Aku sedikit menunduk
dan berbisik tepat ditelinganya,
“Jangan lupa makan siangmu, dan pastikan
kau banyak meminum air putih, ingat air putih, bukan yang lain. Wajahmu begitu
pucat sayang.” Berharap kata-kataku ini dapat mengobati kelelahannya.
***
Choi
Jiwoo
Kedua gadis itu., apa mereka tidak lelah
berkeliaran terus dipikiranku? Aishhh! Choi Jiwoo, kenapa kau jadi seperti ini.
Aku bahkan menggeram dalam hati karena kedua gadis itu. Setelah aku mengenal
mereka berdua, kenapa aku sering sekali tidak focus seperti ini. Aku frustasi,
sangat frustasi. Bayangan kedua gadis itu selalu saja mengikuti pikiranku
kemana-mana. Oh My, tidak bisakah bayangan mereka itu, diam dan duduk manis
saja. Hah !!
Gadis pertama, gadis yang manis,
senyumnya mampu membuat hatiku berdetak sangat keras. Tapi kenapa semua orang
bilang kalo dia itu cuek, dari sisi yang mana yang mengatakan kalau dia cuek.
Dia baik, sangat baik. Sampai-sampai aku tidak tahu apakah itu hanya baik atau
baik yang berlebih. Apakah gadis ini menyukaiku, atau hanya baik kepadaku, atau
mungkin dia baik kepada semua orang.
Gadis kedua, gadis yang amat sangat
cerewet, atau mungkin kita harus membuat kosakata baru untuk gadis ini. Keras
kepala, tidak mau kalah, selalu semaunya sendiri. Pria mana yang mau dengan
gadis seperti dia? Mungkin tidak ada. Atau bahkan hanya pria bodoh yang mau
dengannya. Tapi, ya, aku memang bodoh. Pria bodoh yang mau dengan gadis seperti
dia adalah aku.
Jujur, detak itu lebih besar daripada
detak saat aku bertemu dengan gadis pertama. Bahkan hati itu seperti bergetar
dalam diam. Mata ini hanya mampu memandangnya yang sedang mengomel. Mulut ini
hanya mampu bergumam, saat dia mendadak bisu padaku. Dan tangan ini hanya bisa
mengepal keras, saat tak bisa meraih tubuhnya masuk ke dalam dekapan, saat tak
bisa menahannya untuk selalu disisi. Aku memang lelaki pengecut, yang sama
sekali tak berani mengatakannya. Tapi sungguh, aku sama sekali tidak tahu apa
yang harus ku lakukan, tak tahu apa yang harus aku katakan, dan tak tahu harus
selalu bagaimana saat dia dihadapan. Aku memang pengecut, yang hanya bisa
berdiri dalam diam, hanya bisa menatap
dalam rindu dan hanya tidak berpaling dari dia. Dia Park Hyo Ri. Dan gadis
pertama itu adalah Han Hye Soo.
Hati.
Ya.
Bisakah kau membantuku?
Membantu
apa?
Membantu untuk memilih, memilih diantara kedua gadis
itu.
Kenapa
harus memilih?
Karena aku harus memperjuangkan perasaan ini.
Bukankah
kau seorang pengecut?
Memang, tapi tidak untuk kali ini. Ku mohon, kali
ini saja bantu aku.
I will.
Benarkah?
Ya.
Lalu, aku harus memilih siapa?
Kau harus
memilih. . .
***
Lee
Shin Hwa
Memandangnya dari jauh seperti ini, mungkin sudah menjadi keseharianku
setahun terakhir ini. WL Art School, tempat yang tidak pernah ku bayankan
sebelumnya. Tapi karena gadis itu, aku mampu melangkahkan kakiku masuk ke
tempat ini. Dia, hanya untuknya. Gadis itu, dia telah meracuniku dengan
senyumannya dan membutakanku dengan pesonanya. Jantungku, mungkin aku harus
menyiapkan jantung cadangan untuk beberapa saat ke depan. Karena mungkin
jantung ini tidak akan bertahan lama, mengingat dia selalu saja organ pertaman
yang berontak keluar hanya saat memandangnya. Aku Lee shin Hwa, siswa WL Art
School dari bidang menyanyi. Ya, satu bidang dengannya, tapi dia tidak pernah
menyadari kehadiranku. Mungkin, aku hanya seonggok daging yang tidak penting
baginya.
Sekarang, dari tempatku berdiri. Aku bisa
melihatnya, meski dari jauh, tapi aku sudah sangat bahagia. Hanya melihat
senyumnya sekali setiap hari, itu sudah lebih dari kata cukup. Tapi, kali ini
sama dengan kali-kali yang lain, selalu sakit rasanya. Melihat senyum itu selalu terpatri bukan untukk, melainkan untuk
pria itu. Pria yang selalu membuat gadis itu menangis, membuat gadis itu
menjadi gila, gila karena mencintai dan tak bisa bepaling darinya. Pria itu
merupakan sahabatku, Key. Dan gadis itu adalah Kim Eun Hee. Dua orang yang
bermarga Kim itu, benar-benar selalu sukses mambuatku patah hati setiap hari,
membuatku tak sanggup menatap kenyataan, dan membuatku tak sanggup berdiri
diatas kepedihan. Sesakit inikah mencintai seseorang yang tidak pernah
mencintai kita, walau kita telah mencintai seseorang itu dengan tulus. Seperih
inikah luka yang harus ku genggam erat agar tidak berlanjut, dan seindah itukah
dia mencintai orang yang ia cintai sehingga tak pernah melihatku dimatanya. Yak
Kim Eun Hee, kau benar-benar membuatku ingin menggantung diriku sendiri
dihadapanmu, agar kau bisa melihatku dan bahkan akan mengingatk sampai akhir
hidupmu. Sungguh, bisakah aku membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut dihadapanku?
“Bisakah,
bisakah aku membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut dihadapanku”
# # #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar