Selasa, 10 September 2013

[Movie] Sweet Love




Title                       : Sweet Love
Main Cast           : Cloudy , Hazel , Kiran, Azura , Davis, Annara , Cello , Divo
Genre                    : Friendship and Romance
Length                  : One shoot
Disclaimer           : Ingat, this story is our. This only our imagination and the character is not real.

Enjoy Reading !! ^^ 




“Jika sekarang, aku bisa bertemu dengan diriku yang waktu itu, aku pasti akan memakinya. Memaki diriku yang dengan egois dan bodohnya berkata bahwa hubungan ini hanyalah sebatas sahabat.”


WL Art School Building

“Wahh Clou, nggak terasa ya, beberapa bulan lagi kita sudah harus mempersiapkan diri untuk ujian.”

“I-iya Ran. Kita harus banyak belajar dan berdoa nih. Cuma bisa minta bantuan pada Tuhan saja.” Jawabku dengan tersenyum tipis.

Gadis ini adalah sahabatku, Kiran. Kiranna Demia Ratner. Kau tahu, dia adalah gadis yang dapat dikatakan nyaris sempurna. Cantik, pintar, anak seorang pengusaha yang cukup berpengaruh dijagat raya ini, meskipun begitu dia adalah gadis yang sangat ramah dan baik. Tapi sayang, dia juga sosok gadis yang benar-benar dingin terhadap pria. Sungguh, sangat aneh.

“Heii, gantungan kunci ditasmu terlihat bertambah, kau sedang membuat permohonan apa?” Selidik Kiran dengan mengintrogasiku. Gadis ini, hapal sekali setiap kebiasaanku, dia bahkan mengalahkan ibuku dalam hal seperti ini. Haha.

“Tidak ada, aku sedang tidak memiliki permohonan apapun.” Jawabku dengan berusaha menutupi mimic wajah bohongku.

“Kau yakin, jangan berbohong padaku. Kau tahu, aku paling tidak suka dibohongi kan !” Aiss dia tidak percaya, ya yang namanya Kiran ya tetap Kiran, dia selalu saja seperti itu.

“Aku yakin.” Aku menimpalinya dengan santai.

“Iya sudahlah kalau begitu.” Hanya itu, sepertinya dia berusaha mengertiku.

Ya, aku memang senang mengoleksi gantungan kunci, semenjak pria itu memberikan gantungan kunci lucu berbentuk bintang. Setiap aku menambahkan gantungan kunci ditasku, aku selalu memiliki sebuah permohonan. Tapi kalian tahu, walaupun setiap tahun gantungan kunci ini bertambah, permohonanku tetap sama. Tidak berubah sedikit pun.

“Aku akan melakukan apapun untuk itu, belajar segiat mungkin walau aku tak suka.”

Aku dan Kiran berjalan menyusuri ruang koridor sekolah, segera menuju kelas. Karena bel masuk akan segera berbunyi.
                                                                                                                                                                        
“Aku akan menahan diri untuk tidak memakan makanan kesukaanku.”

Tiba-tiba, saat kami melewati sebuah lorong yang hampir dekat dengan kelas, kami melihat 2 pria memakai seragam sekolah lain. Ya wajar saja, bukankah menjelang ujian begini sekolah kami selalu mengadakan kegiatan sekolah persiapan, ya tentunya pasti akan banyak sekali siswa lain berkeliaran di sekolah ini. Tapi sepertinya aku dan Kiran mengenal seragam sekolah itu.

“Tadi itu, seragam SM Art School kan !” Akhirnya Kiran bersuara, diikuti dengan senyum penuh maknanya.

“Iya, sepertinya.” Aku menyahut dengan kata seadanya.
‘Seragam SM Art School ya. Apa dia ada disini.’ Desisku dalam hati.

“Dan aku akan berusaha berbuat baik pada semua orang.”

“Aisshh, mereka itu. Kenapa aku ditinggal.” Terdengar suara pria bergumam. Aku, aku menyadari, suara itu. Suara yang selama 3 tahun lalu menguasai pikiranku. Suara pria yang sudah sangat ku hapal. Hazel, Hazelino Stevanus.

“Jadi ku mohon, pertemukan aku dengannya, lagi. Dengan pria itu.”

Glek !
Waktu seakan berhenti.
Criiiing !
Gantungan bintang itu seakan mengabulkan permohonanku kali ini.

“Dan akan ku lepaskan perasaan ini kepadanya.”

Pria itu, ya pria itu sekarang tengah berdiri didepanku. Mata kami bertemu. Tatapan kami seakan bertabrakan. Tubuhku seakan kaku. Seperti tidak ada darah yang mengalir didalamnya. Hei, tolong sadarkan aku jika ini adalah sebuah mimpi. Tapi, tidak. Ini bukan mimpi, ini nyata. Baru saja mulutku ingin berucap kata ‘Hei’.Tapi. . .
“Hazel, apa yang kau lihat, ayo kita butuh makan siang. Lagi pula kelas akan dimulai sebentar lagi.” Suara teman-temannya membuat dia berlalu begitu saja dari hadapanku. Dingin. Kenapa dia bersikap seperti itu. Tch !


2 tahun yang lalu – Masa 3 tahun bersama pria itu.

#flashback start
“Hazeeeeell !” Aku berteriak pada pria itu. Pria itu sangat menyebalkan. Seenaknya saja mengacak-ngacak rambutku seperti ini.
“Kau terlihat lebih manis seperti itu Cloud.” Sahut Hazel dengan senyum jahilnya.
“Lihat saja! sekali lagi kau begitu, kau akan benar-benar mati ditanganku hah!”
“Coba saja, kalau kau bisa melakukannya.” Sahut Hazel dengan seringaian jahilnya.
“Yak kau ! Lihat saja nanti.” Balasku dengan tatapan tajam.

<<>> 

Aku duduk disebuah bangku taman. Aku mengeluarkan ponsel dari saku ku, meraih earphone dan memasangkannya ditelingaku. Menggerakkan jariku dengan lincah ke layar ponsel, dan ya. . . satu lagu yang ku dengarkan saat ini benar-benar menunjukkan isi hati.”The One I loved”.

I forgot when it started
I don't know why I'm like this.

A day seems so long
And doesn't seem to have an end
How does another morning come?
I don't know.


I can't do anything
While not doing anything
I look at the slow time
Where are you?
What are you doing?
Because I only think of one person

Ya, karena aku hanya memikirkannya, pria itu –hanya pria itu. Aku ingin jujur, jujur pada diriku dan dirinya. Jujur jika perasaan ini tidak hanya sebatas teman. Ini lebih, lebih dan sangat lebih. Tapi jika aku megatakannya, apa dia akan menerima, apa dia juga memiliki rasa yang sama denganku. Aishh, belum apa-apa saja, aku sudah pesimis begini, dasar Cloudy payah !

Aku tidak payah, aku hanya takut. Bukankah itu sama saja?
Memang sama, tapi payah dan takut itu adalah 2 hal yang sangat berbeda pada detailnya. Contohnya seperti apa?
Jika payah, aku tidak akan memiliki tekad sekuat ini. Lalu?
Aku hanya takut, takut jika ia langsung pergi begitu saja. Benarkah?
Hmm.

“Clou, kau baik-baik saja?” Tiba-tiba Azura datang dan menepuk bahuku dengan ringan. Untung saja, jantungku masih sehat, kalau tidak, mungkin aku sudah jatuh pingsan dihadapannya.

“Aisshh, kau ini. Tidak bisakah kau tidak mengagetkanku, hah!” ujarku kesal padanya.

“Yak ! Kenapa kau marah-marah, hah. Aku tidak berniat seperti itu, aku hanya bertanya padamu, bahkan dengan nada yang sangat-sangat halus. Kenapa kau malah membentakku. Kau ini !” dia balasamembentakku. Aisshh, dia ini, benar-benar monyet betina yang menyeramkan.

“Aku membentakmu karena aku kesal, kau tidak lihat?”

Dia menatapku,
“Aishhh, apa kau lupa menyetrika wajahmu pagi ini Clou?” tanyanya dengan sedikit mengejek. Bahkan ia sedikit menahan tawa Karena melihat wajahku

“Tidak usah bercanda.”

“Hei, aku tidak bercanda. Wajahmu memang benar-benar terlihat kusut sekali. Kau kenapa?”

“Aku baik-baik saja.” Jawabku santai.

“Baiklah. Kau tidak bersama Kiran, Clou?”

“Tidak, kenapa memangnya?”

“Tidak apa-apa. Aku hanya merindukannya, akhir-akhir ini dia jarang berkumpul bersama kita, iya kan?” tanyanya dengan menatap lurus ke depan.

“Benar juga sih, apa dia sibuk, mungkin dia memiliki kegiatan lain.”

“Mungkin saja.”

“Hmm. Tapi bukannya besok kita ada study tour di SMP Komika, apa dia sudah tahu?”

“Sepertinya dia sudah tahu, mengingat dia adalah siswi terkenal di sekolah ini.”

“benar juga ya.” Aku terkikik geli melihat Azura mengucapkan hal itu.Teman-temanku, mereka adalah siswi-siswi yang terkenal disekolah ini, sedangkan aku hanya siswi biasa. Beruntung sekali bisa memiliki mereka.

“Clou, kau masih menyukainya?” hei, kenapa azura menanyakan hal aneh seperti ini.

“Siapa?” tanyaku

“Hazel.”

“Entahlah, aku ragu dengan perasaanku.” Jelasku. Memang aku ragu,tapi bukan terhadap perasaanku, tapi perasaannya. Aku takut, jika ia tak menyukaiku. Aku takut jika harus membuat dia pergi karena perasaanku ini.

“Kau ini. Aku tahu kau tidak ragu dengan perasaanmu, kau hanya takut, iya kan?” balas Azura dengan menatap lekat kedua mataku. Bagaimana gadis ini bisa tah.Aishh, dia benar-benar seperti peramal saja.

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Aku mengenalmu Clo, bahkan sebelum kita sama-sama bisa berjalan. Kau lupa, huh?”

“Aku hanya belum siap melihat dia pergi ketika dia tahu perasaanku Ra.” Ujarku dengan sangat pelan.

“Jangan takut, perjuangkan perasaanmu, itu akan lebih baik. Dengan itu kau juga bisa mengetahui perasaannya yang sebenarnya. Daripada kau hanya diam, jika ia juga menyukaimu, kau akna menyesal.”

“Aku mengerti.”

<<>> 
Hazel POV

Hari ini kami siswa-siswi SMP Zianki khususnya kelas 3, sedang mengikuti study tour ke SMP Komika. SMP Komika adalah SMP terbaik dikota ini, tidak heran banyak sekali siswa sekolah lain yang mengadakan study tour ke sekolah ini.
Hari ini seperti ada yang berbeda darinya. Cloudy. Semenjak kemarin aku mengerjainya, dia menjadi sedikit murung. Ada apa dengan dia? Apa ada yang terjadi dengannya. Argghh, dia membuatku pusing. Bukankah aku hanya mengerjainya seperti hari-hari sebelumnya. Apa aku terlalu berlebihan? Sepertinya tidak. Ada yang aneh bukan.

“Hei Cloud.” AKu menghampirinya, berharap pikiran-pikiranku tadi salah. Tapi ternyata dugaanku benar. Ada apa dengannya?

“Hei.” Dia hanya membalasku dengan sapaan hei saja. Tidak ada senyum itu, tidak ada pipi merah itu dan tidak ada tatapn semanis sebelumnya.

“Kau baik-baik saja? Apa kau sakit Clou?” tanyaku lagi.

“Aku baik-baik saja.” Dia menjawab dengan sangat-sangat simple.

“Hei, apa aku berbuat salah padamu kemarin.” Tanyaku hati-hati.

“Tidak ada.” Dia hanya menjawabku dengan jawaban-jawaban yang simple. Dan berlalu didepanku begitu saja..

“Katakan saja, aku akan meminta maaf jika aku  memang salah.” Aku tetap mengekor mengikutinya. Tidak seperti biasanya dia menghindariku seperti ini

“Tidak ada Az.”  Dia selalu bilang kata tidak ketika aku menanyainya. Aisssshh.

Sudah cukup, aku tidak sabar. Benar-benar tidak sabar menghadapinya. Sedetik kemudian, aku menarik pergelangan tangannya. Dan mengahdapkan tubuhnya dihadapanku.

“Hazel!” Dia membentakku. Aku kaget, jelas saja. Dia tidak pernah bersikap seperti ini padaku.

“Apa?” Aku balas membentaknya tapi dengan nada sedikit dibawah nadanya tadi. “Jika aku salah, katakana saja. Jangan seperti ini. Jangan bersikap bahwa kau seolah ingin sekali menghindariku Cloudy!”

Dia mematung. Wajahnya mulai menunduk. Aku tahu, mungkin diatakut setelah aku membentaknnya.
“Maaf, hanya saja . . . aku tidak suka kau bersikap seperti ini. Aku. . . aku kesepian, tidak ada teman bertengkar.”

“tidak apa-apa.Maaf, aku hanya lelah. Dan study tour ini juga membuatku semakin lelah, jadi aku sedang tidak ingin mengobrol dengan siapapun az.” Ujarnya dengan suara yang semakin pelan. Aku mengerti, mungkin dia sedang tidak ingin diganggu.

“Baiklah. Aku mengerti.” Aku melepaskan genggaman tanganku dari pergelangan tangannya. Dan berlalu begitu saja memunggunginya.

<<>> 

Kiran POV

Aku berdiri dibelakangnya, sambil bersandar ke tembok dilorong SMP Komika. Setelah menyaksikan adegan bentak-membentak tadi, aku sudah dapat menyimpulkan, bahwa Hazel juga menyukai Cloudy. Entah siapa yang bodoh, siapa yang pengecut. Mereka berdua itu sama saja.
Dia terlihat kaget ketika berbalik badan.

“Berusaha menghindarinya, hmm?” aku bertanya padanya.
                                                                                                       
“Tidak.” jawabnya

“Sejak kapan kau jadi pembohong, huh?”

“Sudahlah,aku sedang tidak ingin membahas hal itu.”

“Kau itu bodoh.”

“Apaa?!”

“Kau itu bodoh, kau tahu?”

“Memang. Aku hanya sedang ingin memikirkan lagi tentang perasaanku ini.”
“Apa lagi yang ingin kau pikirkan. Sudah jelas-jelas Hazel juga memyukaimu.”

“Bagaimana kau bisa tahu?”

“Aku mengenalnya. Kau lupa aku sahabatnya dari kecil. Dan sekarang kau juga sahabatku. Mudah saja bagiku untuk mengetahui bahwa kalian itu saling menyukai. Kenapa kalian selalu saja mengelaknya sih. Merepotkan saja.”

“Benarkah?”

“Hmm, apa kau pikir aku berbohong Cloudy?”

“Tidak, aku mempercayaimu, sangat.” Gotcha ! akhirnya dia tersenyum.

“Jika begitu, besok kan pengumuman kelulusan, aku akan mengatakan padanya.”

“Baguslah kalau begitu. Semangat !” Aku tersenyum tipis padanya. Sebeerapa keras kamu mencoba tidak ingin tersenyum, masih akan ada aku yang tidak lelah berusaha membuatm tersenyum Cloudy.

<<>> 
Cloudy POV

Hari ini adalah pengumuman kelulusan. Dan hari ini, aku ingin sekali mengutarakan perasaanku padanya. Aku hanya ingin jujur pada diiriku sendiri.

“Clou.” Terdengar Azura memanggilku. Disebelahnya sudah ada Kiran yang berdiri acuh tak menatapku. Gadis itu, walaupun sikapnya seperti itu padaku, dia adalah orang nomor satu yang selalu memperhatikanku. Tapi anehnya, dia tetap ramah pada orang lain. Dia itu benar-benar gadis aneh, kenapa sama semua sahabatnya dia menjadi dingin seperti ini. Huh, menyebalkan.

“Hei, Ra. Hei An.” Aku menyapa mereka berdua. Azura tersenyum padaku. Dan Kiran, seperti biasa dia hanya menoleh sekilas padaku dna mengedikkan bahunya.

“Kau sudah melihat pengumuman kelulusan Clou?” Tanya azura.

“Belum. Tapi ku dengar, SMP kita lulus 100%. Benarkah?”

“Iya, benar. Hanya SMP kita dan SMP Komika yang lulus 100% Clou.”

“Wahh, tapi sayang, seharusnya SMP lain juga bisa begitu.”

“Tenang saja, ka nada sekolah pengulangan. Jadi siswayang tidak lulus, bisa lulus kalau mengikuti sekolah pengulangan yang hanya 3 bulan itu.” Sahut Kiran yang tiba-tiba bersuara. Dia ini seperti hantu saja.Tapi benar yang dikatakannya, kan masih ada sekolah pengulangan, jadimerekatidka perlu khawatir ketinggalan.

“Kalau begitu, ayo kita lihat pengumuman bersama-sama.” Ajak Azura yang telah menggandeng tangan kami.

Pengumuman Kelulusan
Siswi :
Azura                    Leon Design School
. . .                          SM Music School
Cloudy                  WL Art School
. . .                          WL Art School
Kiran                      WL Art School
. . .                          SM Music School
Siswa:
. . .                          SM Music School
. . .                          SM Music School
. . .                          WL Art School
Hazel                     SM Music School
Davis                     SM Music School

Deg !
Aku dan dia berbeda sekolah. Keinginanku untuk selalu bersamanya. Pergi sekolah bersama, bertengkar setiap hari.
Sirna. Semua itu tinggal harapan saja.

Tapi Kiran, dia mengambil sekolah yang sama denganku, kenapa? Bukankah dia benci sekolah seni. Bukankah dia lebih menyukai music.

“Tidak usah bingung seperti itu. Aku hanya ingin bersama sahabatku, dan menghabiskan masa sekolahku dengannya. Boleh kan?”

“An. Terima kasih. Tentu saja boleh, sangat boleh. Ra, kau benar-benar masuk design?”

“Hmm, maaf. Tapi kita akan sering bertemu bukan, mengingat sekolah kita tidak berjarak jauh.”

“Iya, tentu saja.” Tanpa sengaja, aku dan Kiran menyahut Azura bersamaan.

“Kau jadi mengatakan padanya?” Tanya Kiran

“Mengatakan apa? Pada siapa?” Tanya Azura yang tidak mengerti dengan pertanyaan Kiran.

“Hazel.” Jawab Kiran enteng. Dan aku hanya bisa menatap tajam padanya. Tapi namanya Kiran, ya dia cuek saja. Bahkan dia tidak menggubris tatapanku.

“Benarkah? Kau serius Clou?”

“Hmm.” Aku hanya ber-hmm ria.

“Semangat, aku pasti akan mendukungmu.” Sahut Azura dengan senyum terkembang pada wajahnya.

“Tidak usah berlebihan.” Ujar Kiran dengan santai. Tampaknya Azura tidak begitu menggubris kata-kata Kiran. Dia hanya semakin menatapku dengan manis dan menggemgam tanganku.

<<>> 
Author POV
Cloudy memberanikan diri untuk menghampiri Hazel.

“Hei Az.”Cloudy menyapakan dengan hati-hati.

“Hei Cloud.” Hazel membalas sapaan Cloudy dengan senyum terukir diwajahnya.

“Ngg, anu. . .maaf soal waktu itu.” Cloudy meminta maaf Karena waktu itu sempat berusaha menghindari Hazel.

“Hahaha, tidak apa-apa.Aku mengerti.” Balas Hazel dengan tertawa terbahak-bahak.

“Apa ada yang lucu?” Tanya Cloudy.

“Tidak ada, heran saja seorang Cloudy yang sangat bawel tiba-tiba meminta maaf padaku.”

“Hazel !” teriak Cloudy kesal.

“Maaf maaf.”

“Kau sudah lihat pengumuman Az.”

“Ehh, itu. . .aku sudah melihatnya.” Ujar Hazel dengan pelan.

“Kita berbeda sekolah ya.” Sahut Cloudy.

“iya, benar. Kita tidak akan sering bertemu kalau begitu ya.”

“Mungkin saja.” Balas Cloudy.

“Hazel, boleh aku mengatakan sesuatu?” Tanya Cloudy dengan sedikit ragu.

“Katakan saja, kenapa harus meminta izin. Kau ini ada-ada saja.” Timpal Hazel dengan santai. Bahkan Hazel tidak cukup tahu bahwa sekarang jantung Cloudy berdetak sangat cepat sekali karena gugup.

“Aku. . .” belum selesei Cloudy bersuara, terdengar suara Davis mencari-cari Hazel.

“Az,kau dimana ? Hazel. . .” panggil Davis dengan sedikit berteriak.

Tidak lama, Davis menemukan Hazel.

“disini kau rupanya. Aku mencarimu kemana-mana.Kau tidak lupa kan, kalau kita ada janji dengan anak-anak untuk merayakan kelulusan?”

“Oh iya, hampir saja aku lupa.” Hazel menimpali Davis dengan santai.

“Kau juga ada disini Clou?” Tanya davis yang baru saja menyadari keberadaan Cloudy dibalik Hazel.

“Iya, kebetulan saja aku lewat sini dan bertemu Hazel. Kami mengobrol  sedikit.”

“wahh, benarkah? Ku kira kalian Berkencan sebelum berpisah.” Mata Cloudy sukses membulat. Dan Hazel mulai berdehem, agar pembicaraan ini tidak berlanjut, karena kalau tetap berlanjut, pasti wajah Cloudy akan menjadi seperti dang rebus.

“Iya sudah kalau begitu, kita duluan saja ya Cloud, nanti kita sambung lagi pembicaraannya.” Kata Hazel sambil menarik Daviz menjauh dari Cloudy. Cloudy hanya bisa tersenyum tipis sekali. Dia sedih dan kecewa, satu-satunya hari yang tersisa untuk bertemu Hazel hilang begitu saja. Hanya kurang beberapa detik saja, dia pasti sudah selesei mengutarakan perasaannya.Tapi gara-gara Davis si monyet jantan itu, dia tidak jadi.

Setelah kejadian itu, Cloudy sama sekali tidak bertemu dengan Hazel. Sampai ajaran tahun baru masuk SMA pun, dia tak kunjung bertemu Hazel. Ia putus asa. Kini bahkan dia sudah berada pada grade 3 disekolahnya.

#flashback end
                                                               

In The Classroom
Ternyata Hazel  berada 1 kelas bersamaku. Aku senang. Walaupun hanya melihatnya dengan cara seperti ini. Dan walaupun dia bersikap seperti tadi terhadapku, tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Wajahnya sedikit berubah, semakin tampan sepertinya. Bukankah kalian sudah melihatnya sendiri, wajah dengan garis keras yang membuat mata Hazelnya semakin menawan. Tubuhnya yang semakin tinggi dan tegap. Berbeda sekali, dia terlihat lebih dewasa, sangat. Aiiisshhh, apa yang sedang ku pikirkan sebenarnya. Bukankah aku harus focus dalam sekolah persiapan ini. Ujian sebentar lagi Clou, kau harus focus, focus focus !!

Bel tanda kelas berakhir berbunyi. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku melamun, mungkin disepanjang pelajaran tadi. Aku benar-benar kacau hari ini.

“Clou, kapan kau akan kembali ke dunia nyata dan berhenti melamun seperti itu hah?!” Kiran yang sekarang sudah berdiri disamping pintu kelas lengkap dengan tasnya yang sudah tertata rapi melemparkan serentean kalimat yang mungkin sedikit keras kepadaku. Mata berwarna coklat itu menatapku tajam. Aisshh, kenapa kelas berakhir dengan cepat sekali, dan sejak kapan Hazel dan lainnya hilang dari radar penglihatanku. Kenapa tinggal aku sendiri yang berada disini. Aku benar-benar sangat kacau sekarang. Aku segera beranjak dari tempat dudukku, tidak lupa bersama tas yang sudah ku rapikan. Aku langsung menghampiri Kiran.

“Sampai kapan kau akan melamun seperti itu Clou?” Ya, Kiran mulai mengajukan pertanyaannya.

“Aku tidak melamun Ran.” Jawabku berusaha berbohong padanya.

“Lalu, kalau tidak melamun, apa namanya? Sebenarnya kau memikirkan apa sih?” Kiran tidak terima dengan jawabanku, yang sudah pasti dia tahu bahwa aku berbohong.

“Tidak ada.” Jawabku santai. Jujur, aku benar-benar tidak ingin membahas hal itu.

“Jangan berbohong padaku, jika tak mau aku acuhkan!” Hah, sekarang dia mengancamku dengan kata-kata seperti itu, baiklah kalau begitu.

“Baiklah baiklah, ini tentang pria yang tadi.” Dan akhirnya ak pun mengalah.

“Maksudmu Hazel?” Kenapa Kiran harus menyebutkan nama pria itu, tch !

“Mungkin, tapi sepertinya tadi itu orang lain.” Benar, sikapnya yang seperti tadi benar-benar bukan Hazel.

“Kenapa kau mengambil kesimpulan seperti itu?”

“Kau lihat saja sikapnya. Bukankah sikap yang seperti tadi tidak sesuai dengan berapa lama kita tidak bertemu dengannya. Dia itu Hazel imitasi !” Memang benar, dia bukan Hazel. Sudahlah aku muak ditanya-tanya lagi.

Glek !
Aku membuka pintu, dan . . .

“Siapa yang imitasi?”
“Ha..haz..zel.” Pria itu tiba-tiba sudah berada didekat pintu kelas, bersandar dinding dengan santai. Ya Tuhan, sejak kapan dia berada disitu.

“Kenapa kau tak pernah menghubungiku hah !” Dia mulai bicara lagi. Apa? Dia bilang kenapa tak pernah menghubunginya, bukankah dia yang tak pernah menghubungiku. Huh !

“Seharusnya aku yang bicara seperti itu, dasar kau!”

“Kau pasti sudah memiliki kekasih, iya kan? Makanya kau sibuk dan tak pernah menghubungiku.”

“Tidak, aku tidak punya. Dan sekali lagi, seharusnya aku yang berkata seperti itu Hazel !”

“Kau yakin?” Dia tidak memperdulikan kalimatku yang lain,dia hanya terus bertanya seputar kata kekasih itu saja. 

“Dia memang tidak memiliki kekasih Az, tapi dia memiliki calon kekasih.” Hei lihat, Kiran dengan seenaknya saja menyahut pembicaraan kami. Dan apa yang dia katakan, aku sudah memiliki calon kekasih? Oh Kiran gila, awas saja jika Hazel salah paham dengan kalimat itu.

“Siapa?” Hazel bertanya lagi. Seperti ingin tahu, tapi kenapa cuek sekali.

“Nanti kau juga tahu.” Kiran menimpalinya lagi.

“Ohh begitu. Apa aku mengenalnya?” Kenapa Hazel bertanya lagi, seperti ingin tahu sekali.

“Sangat.” Oh Kiran, cukup ! Kau terlalu berlebihan. Memangnya siapa yang menjadi calon kekasihku. Hmm.

“Hmm, ya sudahlah. Sampai jumpa lagi, Cloud ! dan sampai jumpa lagi An.” Apa? Responnya hanya seperti itu. Ya sudahlah, sepertinya aku harus mati saja. Dia benar-benar tidak terlihat salah paham sedikitpun.

Tapi,
“Cloud”

Aiiissshh, dia itu masih saja memanggilku dengan sebutan itu. Aku senang, tapi aku juga kecewa. Responnya biasa saja saat An berkata bahwa aku memiliki calon kekasih. Apa dia memang sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa. Arrgghhh, kepalaku pusing.

At Canteen WL Art School

Aku bersama Kiran berjalan, mondar-mandir mencari tempat kosong, kenapa susah sekali. Mau makan saja susah banget. Tapi akhirnya kami menemukan tempat duduk kosong yang agak jauh dari penglihatan kami, dengan cepat kami menuju ke sana. Saat hampir sampai di tempat itu. Deg !
Pria itu, -Hazel-. Dia menatap ke arah kami. Tapi sedetik kemudian, dia memalingkan wajahnya dari kami. Ada apa dengannya,aneh sekali.

“An, apa kita tidak perlu membuat kegiatan belajar kelompok seperti siswa SM Art School? Ku dengar mereka banyak sekali membuat kegiatan seperti itu.” Tanyaku pada Kiran.

“Bukankah kita sudah sering melakukannya Clou.”

“Iya juga sih, tapi kita hanya berdua. Dan mereka pasti berama-ramai.”

“Kau bermaksud untuk mengajak Hazel?” Tanya Kiran dengan penuh selidik.

“Hmm, tidak. Kenapa kau berpikir seperti itu?”

“Menebak saja.”

Tiba-tiba. . .

“Lama tidak bertemu.” Pria ini datang dengan tiba-tiba dan langsung main duduk disebelah Kiran. Tidak sopan !

“Bisakah kau bersikap sedikit sopan, Dav?” Kiran menatap tajam pria itu –Davis-. Lama sekali kami tidak bertemu dengannya. Ku harap Davis tidak lupa bahwa gadis seperti apa Kiran itu .

“Aishhh, kau ini tidak pernah berubah. Selalu saja dingin. Bagaimana kau bisa memiliki kekasih jika kau seperti ini terus.”

“Aku tidak butuh pendapatmu Dav!” sahut Kiran tanpa menoleh pada Davis.

“Baiklah-baiklah. Bagaimana Kabarmu Clou.”

“Baik, tidak lebih baik ketika kau ada.”

“Aishh, apa kau menjadi seperti ini karena ketularan Kiran, eh?”

“Tidak juga hehehe.” Aku terkikik geli melihat Dav memasang wajah frustasi seperti itu.

“Kau sendirian?” Tanya Kiran dengan tiba-tiba.

“Tidak, aku bersama Hazel.”

“Ehh??” kalimat itu sukses membuatku membelalakan mata. Tiba-tiba Hazel datang dari belakangku. Dan langsung mengambil tempat duduk tepat disampingku. Menatapku dengan senyum manisnya. Oh tidak, dia benar-benar semakin tampan.

“Ada yang salah?” Tanya Hazel tepat dihadapanku.

“Ti..tidak ada.” Bodohnya aku, pasti ketahuan sekali jika aku sedang gugup sekarang. Lihat Davis dan Kiran sekarang terkiki geli melihatku seperti ini.

“Lama sekali ya tidak melihat pasangan monyet ini, An.” Ujar Davis dengan menahan tawanya.

“Benar Dav, sudah lama sekali. Kalau jodoh pasti bertemu lagi. Benar kan?” timpal Kiran dengan senyum penuh maknanya.

“Kau berlebihan An.” Sahut Hazel. Aku hanya diam.

Benar kata Kiran, jika selalu bertemu dengan kebetulan bukankah itu tandanya berjodoh. Tapi kenapa Hazel seperti tidak menanggapi kata-kata KIran, apa benar dia memang tidak memiliki perasaan apa-apa padaku.

“Kenapa kau diam Cloud?” Tanya Hazel padaku.

“Tidak apa-apa.” Jawabku seadanya dengan tersenyum.

“Apa besok kalian sibuk?” Tanya Hazel tiba-tiba padaku dan Kiran.

“Tidak, memangnya ada apa?”jawab Kiran

“Ayo kita jalan-jalan. Lama sekali kita tidak jalan-jalan bersama.” Timpal Hazel

“Wahh pasti bakalan seru.” Sahut Davis

“Boleh saja.” Sahutku dengan semangat.

“Aku tidak bisa.” Sahut Kiran tiba-tiba.

“Kenapa?” tanyaku dengan tatapan penuh selidik.

“Aku tidak mau kalau ini dibilang double date.”

“Hahaha, kau berpikir sampai sana An?” Tanya Davis.

“Iya bisa jadi kan.”

“Tidak, ini hanya jalan-jalan biasa saja.” Jelas Hazel

“Kau yakin Az?” Tanya Kiran dengan nada sedikit mengejek.

“Ke. . kenapa aku harus tidak yakin?”

“Tidak apa-apa.”

“Kalau begitu, besok jam 3 sore. Okay !”

“Okay!” dengan serempak kami mejawab.

<<>> 

At White Garden

Author POV

Sebuah taman kota yang diberi White garden karena cahaya matahari yang membuat taman ini tampak berkilau. Sangat indah.

“Kalian sudah berkumpul?” Tanya Hazel yang baru saja datang. “Maaf, aku datang terlambat.”

“Tidak apa-apa.” Sahut Davis.

Setelah itu, mereka mengelili taman dengan berjalan-jalan. Tampak Davis dan Kiran jalan berdua. Kiran hanya membuang tatapannya ke seluruh taman, sedangkan Davis tidak berhenti mengoceh disepanjang jalan. Sedangkan Hazel dan Cloudy, mereka hanya jalan dalam diam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Hening.

“Apa kita akan terus diam seperti ini?” Tanya Hazel tiba-tiba.
Clody yang semula terus saja menunduk akhirnya memberanikan untuk mendongakkan kepalanya menatap Hazel.

“Maaf, aku hanya bingung ingin memulai dengan kalimat apa.”

“Tidak apa-apa, aku juga sama halnya denganmu, Cloud.”

“Lama ya tidak jalan-jalan seperti ini.”

“Iya, semenjak kita beda sekolah, aku sama sekali tidak pernah melihatmu Cloud, mengingat sekolah kita sangat jauh sekali jaraknya.”

“Kau benar Az. Aku pun juga begitu.” Sahut cloudy dengan ragu-ragu.

<<>> 
Cloudy POV

Baru beberapa menit mereka mengobrol. Sebuah teriakan menghampiri mereka berdua.

“Hazel!” teriak seorang gadis yang menghampiri kami. Gadis berambut panjang yang sangat feminim dengan blouse putihnya. Cantik, 1 kata untuk gadis itu.

“Cello.” Nama itu keluar dari mulut Hazel. Cello, gadis itu bernama Cello. Melihat respon dari Hazel ketika gadis itu datang sepertinya gadis ini memiliki arti penting baginya. Kenapa dadaku rasanya sesak sekali.

“Kau disini juga?” Tanya gadis yang bernama Cello itu.

“Iya, aku bersama teman-temanku. Kau bersama siapa?” Tanya Hazel dengan senyum manisnya. Hazel tersenyum, manis sekali.

“Aku bersama  Divodan Annara. Itu mereka.” Gadis itu menunjuk seorang pria yang tingginya tidak jauh berbeda dengan Hazel dan gadis cantik yang tidak kalah cantiknya dengan dirinya.

“Hei Hazel.” Sapa dua orang yang tadi ditunjuk oleh Cello.

“Bagaimana kalau kita bergabung saja.” Ajak Cello dengan menggandeng tangan Hazel. Sepertinya pemandangan ini tidak bagus untuk hatiku, gumamku dalam hati.

“Boleh saja, kita tunggu dua temanku lagi, Kiran dan Davis.” Ujar hazel.

“Kau juga bersama Davis?” sahut gadis yang kemungkinan bernama Annara.

“Iya, kami kesini karena mau berkumpul dengan teman-teman SMP.”

“Ohh begitukah.” Sahut Annara.

Tidak lama, Kiran dan Davis datang.

“Sepertinya disini rame sekali, apa ada pesta mendadak eh?.” Suara Davis membuat kami semua tertawa.

“Kalau begitu, ayo kita jalan-jalan bersama.” Ajak gadis yang bernama Cello itu, dan kamia semua termasuk aku mengangguk setuju. Gadis ini benar saja semua orang senang bersamanya, dia cantik dan menghibur.

“Tidak usah berpikir yang aneh-aneh.” Bisik Kiran disampingku.

“Aisshh kau mengagetkanku saja. Iya-iya.”
  
Lihat, gadis itu dengan seenaknya menggandeng tangan Hazel. Kenapa wajahku memanas seperti ini. Ku mohon jangan, jangan memangis disini.

“Hazel, ayo kita kesana.” Terdengar Cello mengajak Hazel ke suatu tempat dimana terdapat pohon besar disana.

“Hei Cloud, kau mau ikut tidak?” Hazel menawarkanku untuk ikt bersamanya. Siapa mau, aku akan seperti bunuh diri saja jika mengikutinya dengan gadis itu.

“Tidak! Aku tidak mau!” jawabku ketus dan membuat Hazel sukses membuka mulutnya lebar tak percaya.

Aku terus saja memperhatikan mereka dari jauh. Sakit, sakit sekali rasanya. Bukankah ini acara kami, kenapa jadi begini. Aku frustasi.

Saat aku duduk di salah satu bangku taman, tiba-tiba Hazel menghampiriku.

“Lelah?” tanyanya.

“Tidak juga.” Jawabku simple.

“Kenapa tadi kau terlihat marah padaku?”

“Kapan?” tanyaku. Astaga apa dia tahu kalau saat itu aku sedang marah. Memalukan.

“Saat aku bersama Cello.” Katanya dengan santai.

Apakah saat ini juga aku harus jujur padanya. Sepertinya iya.

“Aku hanya tidak suka melihatmu bersamanya, bahkan kau malah bersenang-senang dengannya dan melupakan kalau ini acara kita.” Jelasku tanpa menoleh padanya.

“Maaf. Jadi tidak suka ya.” Sahut Hazel dan berelalu begitu saja meninggalkanku.

Tidak terasa sore sudah datang menghampiri kami. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat sampai dipersimpangan jalan, Kiran dan Davis meninggalkan kami dan memutuskan untuk pulang bersama karena rumah mereka searah. Sedangkan dipersimpangan jalan selanjutnya, Cello dan Annara juga meninggalkan kami. Dan dipersimpangan jalan terakhir, seharusnya aku, Hazel dan Divo berpisah, tapi. . .

“Clou, mau pulang bersama? Lagi pula sore ini aku ada urusan kearah sana.” Tanya Divo padaku.

Hazel menatapku sekilas, setelah itu memalingkan wajahnya kearah lain. Ya mau tidak mau, aku terima saja tawaran Divo. Baru saja aku mau menjawab iya, tapi. . .

“Cloud, bukankah kau tadi ingin mampir ke rumah dan membawa beberapa kue untuk dibawa pulang ke rumah.” Ujar Hazel.

“Kapan aku mengatakan seperti itu.” Kataku dengan sedikit bingung, tapi Hazel langsung menghampiriku dan menyeretku menjauh dari Divo.

Divo yang seakan mengerti maksud Hazel, melempar senyum pada kami.

“Iya sudah, aku pulang duluan saja.” Teriak Divo dan dia berjalan menjauh dari kami.

“Hazel, apa-apaan sih! Sakit tahu!” sahutku kesal. Bagaimana tidak sakit, kalau dia seenaknya saja menyeretku dengan kasar seperti tadi.

“Maaf. Aku. . .aku,, aku hanya tidak suka, bukan maksudku aku juga tidak suka melihatmu bersama Divo.” Jelasnya dengan  suara yang sangat pelan.

“Apa?! Apa aku tidak salah dengar?” tanyaku dengan mimic tidak percaya.

“ayo kita tuntaskan pembicaraan kita 3 tahun yang lalu.” Jelas Hazel dengan tegas.

“Tidak perlu. Itu sudah lama sekali.” Sahutku

“itu menurutmu, tapi tidak denganku. Pembicaraanmu memang belum selesei, dan kamu tidak ingin melanjutkannya, tapi pembiacaraanku bahkan sama sekali belum ku mulai.”

“Maksudmu?” aku benar-benar tidak mengerti.

“saat itu, aku tahu arah pembicaraanmu Cloud. Bahkan jauh sebelum kau memulai pembicaraan itu, maka dari itu aku menghampirimu. Kesal juga sih rasanya hampir saja didahului beberapa langkah darimu, tapi untung saja Davis datang. Jika tidak, aku akan sangat-sangat menyesal.”

“Aku tidak mengerti.”

“Aku kan seorang pria, jadi aku saja yang mengatakannya. Tidak peduli perasaan itu masih ada atau tidak untukku, tapi aku tetap akan mengatakannya.” Dia menghela napas panjang sekali. Terlihat gugup, begitu pun aku. Jeda yang cukup panjang disisipkan Hazel, ia pun mulai melanjutkan kalimatnya. “Aku menyukaimu Cloud, dari dulu, sekarang dan entah sampai kapan, aku bahkan tidak bisa memprediksinya.”
Kalian tahu, kalimat itu sukses membuat mulutku terbuka lebar. Mataku membulat dan jantungku terasa berhenti berdetak. Benarkah, benarkah yang dia katakana itu?

“. . .” aku bahkan tidak tahu mau mengatakan apa padanya. Tubuhku kaku.

“Bagaimana? Jika aku tidak salah menebak, kalimat itu kah yang mau kau ucapkan padaku Cloud?” Tanya hati-hati.

“Hmmm, sebenarnya bukan itu Az.”

<<>> 

Hazel POV

“Hmmm, sebenarnya bukan itu Az.”
Deg !! Kalimat itu menusuk hatiku sangat dalam. Jadi tebakanku salah, apa dia menyukai Davis. Bodoh, kau bodoh Hazel. Percaya diri sekali kau ini. Aku merutuki diriku sendiri.

“Lalu?” kata-kata bodoh itu keluar begitu saja dari mulutku.

“Hmmm, aku. . .aku mencintaimu Hazel.”

Apa? Dia bilang dia mencintaiku. Cih, gadis ini. Kau berhasil Cloud, jika kau ingin membuatku serangan jantung, iya sekarang aku sudah terkena serangan jantung mendadak. Kau puas !

Aku menghela napas pendek.

“Kau membuatku takut Cloud.” Aku tersenyum padanya.

“Begitu pun aku.” Dia membalasa senyumku.

Kalian tahu, bahagia itu sederhana sekali buatku.
Ketika aku tersenyum padanya dan dia membalas senyumku.
Itu sudah cukup.
-Hazel-

Dan hari ini, aku berhasil.
Berhasil untuk jujur pada diriku sendiri dan dirinya.
Bahagia itu sederhana buatku.
Ketika aku telah menyatakan perasaan ini padanya, entah dia juga memiliki perasaan yang sama atau tidak, aku tidak peduli. Mengutarakannya saja, itu sudah cukup.
-Cloudy-

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar